Senin, 16 Mei 2011

keidahan pacitan

 Sejuta Pesona
di Bawah Tanah Tandus

Pacitan yang dikenal sebagi daerah yang tandus ternyata memendam misteri keindahan alam yang menawan. Tanah kelahiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini memang sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan berbatuan di antara deretan pengunungan Seribu di pesisir Pantai Selatan Pulau Jawa.

Kondisi ini menyebabkan sebagian besar wilayah Pacitan terdiri dari berbukitan dengan struktur tanah berbatuan dengan memiliki aneka macam karakteristik. Sehingga tak heran jika di daerah itu banyak dijumpai aneka macam kerajinan yang terbuat dari bebatuan, seperti batu akik hiasan dinding hingga aneka macam hiasan rumah tangga berbahan baku batu.


Dan yang menarik lagi, Pacitan juga dikenal dengan wisata perut bumi, yang memiliki berbagai macam gua bawah tanahnya yang banyak diminati para pecinta alam. Pada musim tertentu sejumlah aktivis pecinta alam bawah tanah, kerap melakukan penelusuran di gua-gua di daerah itu.

Berbagai macam gua yang dikenal di Pacitan di antaranya adalah Gua Gong, Gua Tabuhan, Gua Luweng Ombo, Leweng Jaran, Gua Putri dll. Dari sekian gua yang ada Gua Gong dan Gua Tabuhan dan Gua Putri yang telah dibuka untuk wisatawan. Gua Gong sendiri terletak di Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan yang ditemukan oleh penduduk bernama Mbah Noyo Semito pada 5 Maret 1995.

Penemuan sejumlah gua di Pacitan rata-rata di temukan penduduk di saat mencari air pada musim kemarau. Penduduk menemukan secara tidak segaja karena, mereka melakukan penelusuran daerah yang jarang terjamah saat memburu air minum. Untuk menuju Gua Gong dapat dilalui dengan mudah dari Kota Pacitan menuju Kecamatan Punung yang berjarak sekitar 15 km dengan kondisi jalan yang mulus. Para wisatawan yang ada di Yogjakarta pun sebenarnya bisa mengakses melalui jalur Wonosari yang hanya membutuhkan waktu perjalanan selama 3,5 jam lamanya.

Keindahan Gua Gong tak terbayangkan sebelumnya. Tidak menyangka kalau keindahan alam bawah tanah di sekitar daerah yang tandus dan gersang itu begitu membelalakan mata. Sebelum memasuki gua wisatawan akan melewati pintu kecil sekitar 2 meter. Begitu masuk ke perut bumi badanpun sempat merinding dan kagum. Bahkan rasa takut karena berada di perut bumipun langsung luntur saat menyaksikan keindahan stalaktit dan setalakmit yang menghiasi langit-langit dan dinding-dinding gua.

Berbagai macam lampu warna-warni yang sengaja dipasang diantara bebatuan yang menghiasi bagian gua semakin membuat keindahan itu menjadi nyata. Di dalam gua disediakan jalan setapak dengan satu jalur, sehingga pengunjung tidak saling berdesak-desak saat menyusuri gua. Dan pengelola gua hanya memungut Rp 3.000 per orang (tahun 2008) untuk menikmati keindahan gua.

Begitu mendekati mulut gua sejumlah anak-anak tua muda menawarka jasa lampu penerangan Rp 1.000 per lampu. Di sepanjang jalan menuju gua juga banyak ditemui para pedagang yang menjual makanan khas Pacitan seperti sale pisang dan kolong. Selain itu juga banyak dijumpai para penjual batu akik khas Pacitan.
Powered By Blogger